Alhamdulillah & terima kasih anda berkunjung di blog ini, mohon saran dan masukan yang positif

Kamis, 02 April 2009

Kreasi Leluhur Nan Lentur


Bila ada pendatang berkunjung ke Kota Cantik Palangka Raya, belum lengkap rasanya apabila tidak menyempatkan diri singgah di kawasan Jl. Batam kompleks Pasar Blauran. Di sepanjang jalan ini berderet toko-toko yang dipenuhi berbagai barang cindera mata khas Kalimantan. Pernak pernik hasil kerajinan tangan dan ’non tangan’ terpajang pada etalase kaca maupun rak-rak kayu, bersesakan di dalam ruangan toko yang tidak terlalu besar. Bagi pelancong awam, membawa barang kerajinan dari kawasan ini berarti telah terbukti secara ”sah” diakui pernah menginjakkan kaki di Bumi Tambun Bungai Kalimantan Tengah. Namun demikian, bagi pelancong yang jeli, tidak serta merta membawa apa saja yang terpajang di toko cindera mata, sebab telah menjadi kebiasaan yang umum bahwa barang yang ditawarkan di tempat-tempat tujuan wisata hampir dapat dipastikan telah terkontaminasi produk luar yang ”tidak asli”.
Memang demikianlah adanya, hampir separoh barang yang terpajang bukan produk asli Kalimantan Tengah, sehingga kalau tidak jeli mencermatinya bisa-bisa kita tidak mendapat sesuatu yang khas! Tengok saja berbagai produk tikar rotan atau lampit, manik-manik dan batu aji yang khas Kalimantan Selatan serta tiruan alat musik, aneka pakaian adat, ukiran kayu ulin dan kaos bermotif tradisi Dayak dari Kalimantan Timur.

Lantas barang apa yang mencirikan khas Dayak Kalimantan Tengah? Apabila kita membeli barang perkakas dan peralatan peninggalan tradisi, sangat besar peluang barang tersebut asli Dayak Kalimantan Tengah, namun harganya dapat dipastikan sangat mahal, sampai jutaan rupiah. Ada model tiruan dari peralatan seperti mandau (sejenis parang), telawang (perisai), tombak berfungsi ganda untuk sumpit yang harganya relatif murah. Ada juga anyaman rotan dan kulit kayu yang dimodifikasi menjadi tas, topi, tempat tisu dan lain-lain serta berbagai perhiasan dari batu kecubung, batu aji khas Kalimantan Tengah dengan harga cukup terjangkau.


Diantara berbagai barang kerajinan tersebut ada satu jenis yang benar-benar signifikan untuk dijadikan cindera mata khas Kalimantan Tengah, disamping karena bentuknya yang unik, juga belum ada model yang sama di tempat lain di penjuru dunia! Itulah kerajinan tangan dari Getah Nyatoh yang dibentuk menjadi berbagai macam cindera mata dan telah dilakukan secara turun temurun pada masyarakat di wilayah Kalimantan Tengah. Yang paling diminati para turis manca negara adalah miniatur perahu ”Banama Tingang” dan ”Banama Tambun”, perahu tradisional yang diangkat dari legenda Dayak Kalimantan Tengah dengan bentuk dasar berekor dan berkepala burung rangkong (tingang) dan naga (tambun). Yang tidak kalah diminati adalah tiruan Batang Garing, simbol pohon kehidupan dan miniatur kehidupan masyarakat Dayak. Bentuk-bentuk barang kerajinan tersebut menjadi lebih menarik karena adanya pemberian warna pada getah nyatoh saat pembuatannya.


Nyatoh (Palaquium sp.) itu sendiri adalah tumbuhan khas rawa tropika basah yang banyak ditemukan di hutan Kalimantan Tengah. Di dalam kawasan arboretum Nyaru Menteng yang terletak 29 kilometer dari Kota Palangka Raya jenis tanaman ini masih bisa dijumpai. Tumbuhan ini juga telah dilestarikan di dalam kawasan Kebun Raya Bogor, berdampingan dengan berbagai tumbuhan famili sawo-sawoan (sapotaceae) lainnya. Getah nyatoh ini sangat lentur, mudah dibentuk dan dirangkai, namun pada saat yang sama getah ini tidak tahan terhadap perubahan musim, dimana barang kerajinan getah ini bisa rusak/lepas dan melengkung.

Mengingat prospeknya yang cukup bagus di pasaran luar negeri, Kantor Wilayah Departemen Perindustrian dan Perdagangan Kalimantan Tengah bekerja sama dengan Lembaga Pendidikan Kerajinan Yogyakarta telah mengadakan penelitian terhadap daya tahan kerajinan Getah Nyatoh di segala musim. Hasil penelitian ini tentunya akan sangat membantu para perajin Getah Nyatoh untuk memperbaiki kualitas produknya sehingga semakin tahan lama dan semakin diminati turis manca negara.
Dengan demikian, di waktu yang akan datang akan semakin banyak ”orang-orang Dayak Kalimantan Tengah berbondong-bondong meniti Banama” untuk turut mewarnai percaturan dunia..
Satu lagi fakta bahwa kreasi para leluhur tak mudah begitu saja terkubur. (acp.)



Tidak ada komentar: