Alhamdulillah & terima kasih anda berkunjung di blog ini, mohon saran dan masukan yang positif

Rabu, 26 September 2007

Tumbang Nusa, Riwayatmu Kini…

Kalau ditanya daerah mana yang paling terkenal di Kalimantan Tengah selain Kota Palangka Raya, maka penulis akan menjawab: Tumbang Nusa. Jika Anda rajin mengikuti informasi ketika musim kemarau atau musim banjir, maka Anda akan setuju dengan penulis. Dimanakah Tumbang Nusa? Apa dasar bagi penulis sehingga menganggapnya terkenal? Uraian berikut kiranya dapat memberikan penjelasan tentang itu.

Di Tepi Sungai Kahayan

Sebagaimana umumnya perkampungan di Kalimantan Tengah yang berada di tepi sungai, maka Tumbang Nusapun demikian. Tumbang Nusa berada di pinggir Sungai Kahayan. Bila Anda sudah akrab dengan nama-nama kampung di Kalimantan Tengah, maka dengan muda dapat memahami nama Tumbang Nusa. Tumbang memiliki pengertian yang sama dengan Muara dalam nama Muara Teweh, Kuala dalam nama Kuala Kapuas, dan Long dalam nama Long Nah, nama yang biasanya digunakan untuk kampung di Kalimantan Timur. Dari istilah yang memiliki pengertian sama tersebut, muara merupakan istilah yang lebih popular.

Jika memperhatikan uraian di atas, Tumbang Nusa bisa diartikan kampung yang berada di muara Sungai Nusa Nusa, Sungai Nusa? Relatif tidak familiar…tapi kalau diperhatikan dengan baik, Tumbang Nusa berada pada muara aliran anjir, atau dalam Indek Wilayah Pengelolaan Hutan Kalimantan Tengah disebut terusan, yang merupakan jalur transportasi sungai terpendek yang menghubungkan Tumbang Nusa dengan Pilang, kampung setelah Tumbang Nusa apabila bergerak ke arah Banjarmasin. Anjir atau terusan inilah yang keberadaannya seperti sungai.

Berdasarkan administrasi pemerintahan, Tumbang Nusa yang memiliki luas 449 km2, termasuk dalam wilayah Kecamatan Jabiren Raya, Kabupaten Pulang Pisau. Kecamatan Jabiren Raya merupakan salah satu kecamatan pemekaran di Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah.


Di Musim Hujan, Kebanjiran

Sejak trans Kalimantan yang menghubungkan Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah dibangun, yang melintasi wilayah Tumbang Nusa sebelah selatan, maka nama Tumbang Nusa semakin terkenal. Tumbang Nusa merupakan titik vital dalam transportasi darat trans Kalimantan. Hal ini ditentukan karena keberadaannya yang selalu “tenggelam” pada musim kemarau karena luapan Sungai Kahayan atau karena curah hujan yang tinggi. Tetapi kalau mau melihat dengan kritis, kondisi badan jalan yang ada di daerah Tumbang Nusa merupakan “jalan di atas air”, bukan air yang membanjiri jalan. Hal ini dapat dilihat dari kondisi tapak jalan di Tumbang Nusa yang merupakan daerah rawa gambut, yang selalu tergenang air. Fakta ini membuat Tumbang Nusa, desa yang memiliki jumlah penduduk 1.752 jiwa, terutama sekitar jalur trans Kalimantan menjadi langganan banjir pada musim hujan.

Semua orang pasti tidak suka banjir. Tetapi bagi sebagian kelompok masyarakat di sekitar Tumbang Nusa, bahkan ada juga yang datang dari luar Tumbang Nusa, banjir memiliki arti penting tersendiri. Bila banjir datang, momen ini dimanfaatkan untuk mencari penghasilan tambahan dengan menawarkan jasa angkutan feri untuk mengangkut kendaraan yang melintasi jalur ini. Selain itu, fenomena kios jamur, yang subur bermunculan di musim hujan, juga menjadi fenomena menarik di Tumbang Nusa. Kios-kios ini hanya muncul dan ramai pada saat musim banjir.


Di musim Kemarau, Kebakaran

Selain fenomena banjir, popularitas Tumbang Nusa juga salah satunya karena kebakaran hutan dan lahan. Tumbang Nusa merupakan pelanggan tetap kebakaran lahan. Berbagai sentuhan “pembangunan” di Tumbang Nusa rupanya memberikan banyak dampak, baik sisi positif dan negatifnya. Pembukaan jalan pada daerah rawa gambut, program mega proyek PLG 1 Juta Hektar adalah contoh “pembangunan” yang dilaksanakan di Tumbang Nusa.
Program pembangunan yang dilaksanakan telah memberikan perubahan pada tatanan ekosistem rawa gambut yang mengakibatkan fragmentasi dan degradasi sehingga menjadi ekosistem yang fragile, ekosistem yang rawan terutama terhadap kebakaran. Sejatinya, ekosistem rawa gambut yang secara rutin tergenang air seharusnya tidak rawan kebakaran. Tetapi sayangnya…faktanya membuktikan kalau Tumbang Nusa, yang merupakan bagian dari ekosistem rawa gambut, menjadi langganan kebakaran di musim kemarau.

Saksi tentang Kontroversi PLG…

Desa yang memiliki kepadatan penduduk 3,9 jiwa/km2 telah menjadi saksi dari mega proyek yang begitu kontrover: PLG 1 Juta Hektar. Program yang sedianya untuk mencetak lahan pertanian justru menghasilkan lahan rawa gambut yang kritis, yang membentang sepanjang jalan. Sepanjang jalan mata memandang, sejauh ingatan akan kegagalan pengelolaan sumber daya alam disana. Sejauh mana kesadaran akan tergugah? Seharusnya sedekat kenyataan bahwa lahan kritis itu ada di depan mata. Sekilas pandang terlihat indah, tetapi dibalik layar ada pemandangan yang lebih indah yang sudah hilang.

Riwatatmu Kini……

Tumbang Nusa, ditengah berbagai riwayatnya, merupakan titik vital jalur transportasi darat yang menghubungkan Kalimantan Tengah dengan Kalimantan Selatan. Jalur ini merupakan nadi aktivitas perekonomian Kota Palangka Raya. Hambatan yang terjadi di sana, terasa berarti disini, di Kota Palangka Raya. Hal inilah yang menjadi tuntutan utama sehingga percepatan penyelesaian jalan jembatan layang Tumbang Nusa menjadi super prioritas. Jalan jembatan layang Tumbang Nusa dengan panjang sekitar 7 kilometer, selesai dibangun pada pertengan 2006 dan diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudoyono pada tanggal 15 September 2006. Ini merupakan langkah maju yang fundamental bagi pembangunan Kalimantan Tengah. Peresmian jalan jembatan layang Tumbang Nusa menyelesaikan satu permasalahan penting bagi trans Kalimantan yaitu banjir. Bukan berarti banjir tidak terjadi di Tumbang Nusa, tetapi jalan jembatan layang tidak lagi tergenang banjir.

Pada tahun 2007, satu program penting pemerintah kembali dicanangkan di areal Eks PLG 1 Juta Hektar, dimana Tumbang Nusa termasuk di dalamnya, yaitu Inpres Revitalisasi dan Rehabilitasi Eks PLG 1 Juta Hektar. Bagaimana pun, disana ada hal vital yang perlu ditata ulang. Bagaimana pun, disana ada lahan kritis yang perlu direhabilitasi. Dan bagaimana pun, selama jalan jembatan layang Tumbang Nusa masih dilintasi, selama itu juga akan selalu mengingatkan memori bahwa disana pernah ada kegagalan pembangunan yang tercatat.

Tidak ada komentar: